Senin, 27 Mei 2019

Rasanya keren, menjadi anak yang mendapatkan predikat bandel, susah diatur pun juga menjengkelkan.

Katanya membosankan menjadi anak baik, pintar dan disayang guru. Katanya menjadi anak yang seperti itu memiliki banyak haters, apalagi dari kalangan murid. Tak jarang sebutan carmuk eksis terdengar.

Bagiku, menjadi anak bandel sangatlah tidak mungkin dilakukan. Rupanya menjadi orang yang sudah besar, benar benar bisa merasakan yang benar dan salah. Tapi masalahnya adalah perjara mau atau tidak meninggalkan perbuatan salah dan terus berbuat baik dan benar.

Dan, agak sulit bagiku menjadi yang benar-benar benar, seratus persen baik, pintar dan dikenal semua guru.

Aku menjadi anak yang so-so dimanapun kapanpun. Bagiku keseimbangan harus dijaga, maka tugasku adalah menyeimbangkan dengan tidak menjadi yang terpintar pun terbandel.

Tapi rupanya aku lebih dominan ke arah baik, sehingga dari dulu sampai sekarang paling tidak suka bermasalah dengan guru. Lain halnya dengan teman teman lain yang sangat bangga berhasil membuat guru keluar kelas, menangis, marah marah.

Aku bertanya tanya, bagian mana yang serunya?

Selanjutnya, waktu berjalan.
Aku benar-benar menjaga hubungan baik dengan orang orang yang telah bersedia memberikan ilmunya pada ku.

Sampailah akhirnya aku pada posisi menjadi seorang pendidik. Ku pikir menyenangkan. Mengajar bimbel, privat, dan lain sebagainya. Semua menyenangkan. Favorit ku adalah mengajar privat.

Aku benar benar dapat mengenal murid secara personal sampai ke keluarganya. Mengetahui cara apa yang baik dilakukan untuk tindakan pembelajaran, mencari tau kenapa sulit belajar dan lain sebagainya.

Menyenangkan memiliki orang tua murid yang bisa diajak kerjasama.

Tahun 2017 aku mulai praktek menjadi guru betulan. Sekolahnya baik, dengan pendidikan karakter terbaik, dan lain sebagainya yang baik baik. Tapi tetap rupanya mendidik anak dalam jumlah besar tidak pernah mudah.

Aku mulai kewalahan.

2018 pertengahan, aku mulai menjadi guru betulan. Betul betul menjadi guru. Tanpa guru pamong, tanpa dosen pembimbing. Semua dibawah pantauan kepala sekolah langsung.

Rasanya? Menakutkan.

Aku belajar sekali tentang betapa sulitnya mendengarkan, tidak mudahnya memperhatikan dan ternyata untuk tidak berbicara bukanlah hal yang mudah bagi beberapa orang.

Berbagai peraturan dibuat, tapi ternyata yang mengingat peraturan tersebut hanyalah yang membuat peraturan, yang lain hanya mengiyakan tanpa peduli. Besok lusa akhirnya mereka berbuat semaunya terus menerus.

Banyak sekali hal hal yang baru ku ketahui setelah menjadi guru disana. Terlalu banyak sampai membuat kepala mau pecah. Banyak waktu yang akhirnya habis karena kebanyakan digunakan untuk berfikir. Banyak sekali yang difikirkan.

Sekali waktu, saat melihat kelakuan mereka yang diluar kendali, aku berfikir akan hidup seperti apa mereka diwaktu yang akan datang?

Mereka akan berbuat seperti apa dan lain sebagainya.

Diperjalanan selepas mengajar, ku habiskan dengan bicara sendiri. Memikirkan benar atau salah sesuatu yang telah ku lakukan.

Banyak mempelajari tentang adab sebelum ilmu sampai bagaimana cara memperlakukan orang yang lebih muda dengan baik.

Mulai memikirkan banyak hal namun rupanya praktik tidak pernah mudah. Kadang belum selesai melakukan apa yang sudah direncanakan, kesabaran ku sudah habis hingga akhirnya ku keluarkan ceramah panjang atau aku keluar kelas demi menjaga kedamaian hati.

Aku bertanya dan banyak yang menjawab apa yang ku rasakan hari ini pada murid adalah buah dari perlakuan ku ke guru waktu menjadi siswa.

Beberapa teman ku hubungi, ku tanyakan bagaimana sikap ku ke guru pada saat sekolah. Rupanya sikapku cukup beragam. Kadang baik, kadang iseng, kadang menyebalkan, kadang benar, kadang susah diatur, kadang menjadi pengatur terbaik.

Barangkali iya, aku sebandel itu.

Tapi aku ingat tidak pernah tidur ketika guru menerangkan materi, tidak pernah menjawab ketika sedang dimarahi, bahkan selalu berusaha mengerjakan tugas walaupun akhirnya salah semua.

Kadang berfikir untuk menyerah, terpikir bahwa aku bukanlah guru yang baik. Sesekali berfikir bahwa sebenarnya aku tidak bisa mengajar. Sering cerita ke teman teman sesama guru dan rupanya setiap orang memiliki tantangan hidup masing masing.

Bertahan dalam profesi ini adalah sebuah keinginan yang kuat. Mengingat betapa menyenangkannya memiliki orang orang yang mendengarkan kita berbicara, menghibur bahkan mendoakan dalam berbagai hal walaupun lebih sering menguji kesabaran.

Menjadi guru memang tidak pernah mudah, tapi mudah mudahan apa yang kita lakukan hari ini adalah upaya untuk memudahkan jalan kita di kehidupan berikutnya.

Semangat cikgu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar