Senin, 06 Juni 2016

1. Satu

1.

Karena sesuatu dimulai dari satu. Dari pertama. Dari awal. Dari sebuah. Toh kalaupun kamu melanjutkannya, itu tetap menjadi awal, itu tetap menjadi sebuah dan itu tetap menjadi satu yang baru.

Katanya dalam melanjutkan, tak sesulit memulai. Mendorong lemari misalnya. Tenaga awal yang dikeluarkan mungkin 75%, tapi ketika lemari telah terdorong, maka tinggal 50% tenaga yang perlu dikeluarkan.

Tapi katanya dalam melanjutkan, tidak semudah memulai. Ibadah misalnya. Mudah sekali bangun malam lalu sholat tahajud 8 rakaat ditambah witr 3 rakaat. Sangat mudah diawal. Lalu ketika diminta untuk melanjutkan seterusnya, sangat sulit.

Lalu aku bertanya, mana yang benar?
Yang pertama kah atau yang kedua?
Lalu dalam setiap hal yang kita lakukan apakah dia bernilai satu hal yang baru?
Apakah nilainya sama barunya seperti saat pertama kali melakukannya?

Tiba tiba Langit ikut campur.

Dek, jangan campur adukan segala sesuatu. Apa yang ada di bumi tak selamanya bisa disamakan. Lebih lebih kamu menyamakan urusan fisik dan urusan hati. Lain dek.

Fisik makin terbiasa saat kau beri beban berat. Tak ada urusan setan menggoda goda dalam urusan kekuatan.
Sedangkan hati makin kepayahan semakin kau latih. Lawannya bukan lagi diri, tapi setan. Tak cukup coba sekali dua kali. Minimal 40 hari tanpa henti, baru kuat kamu lawan setan.

Masih tanya mana yang benar?

Coba lihat sekarang.
Banyak orang yang puasanya full 30hari, tapi lihat mana yang kuat tarawihnya 30hari. Lihat mana yang tilawahnya 1 juz setiap hari. Mana yang sedekahnya setiap hari.

Lihat dek, bandingkan.
Satu dan sebuah memang adalah awal. Tapi yang pertama bisa saja selalu hadir, makanya ia sulit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar