Jumat, 27 Januari 2017

18/30

Delapan belas.

In syaa Allah.

"Emang karet mudah terbakar?"

"Iya, eh in syaa Allah."

***

"Yakin jawabannya itu?"

"Iya, in syaa Allah."

***

"Emang burung jalak sama kerbau itu parasitisme?"

"Iya, in syaa Allah."

***

Semua serba in syaa Allah.
Awalnya saya biasa aja dengernya, tapi setelah semuanya serba in syaa Allah saya jadi mikir.

Trainer saya pernah nyuruh kita lepas spidol dari tangan kita.

"Jatoh gak?"

"Iya."

"Yakin?"

"Yakin."

"Gapake in syaa Allah nih? Yakin pasti jatoh nih?"

"Eh... Hehehe."

Iya juga si.
Sekali waktu kita bisa yakin seyakin-yakinnya sampe gak bilang in syaa Allah. Padahal semua tergantung Allah. Terserah Allah lah maunya gimana.

Nabi Muhammad pernah Allah tegur kan ya gara gara gak ngomong in syaa Allah dulu. Tuh, nabi Muhammad aja diingetin. Nabi Muhammad aja pake in syaa Allah, lah kita main yakin yakin aja. Lupa punya Allah emang? 😅

Tapiiii nih tapiiii.

Sekarang makna in syaa Allah ini sering diputar balikkan fungsinya oleh orang-orang. Mungkin oleh saya juga.

"Bisa kan na?"

"Emmm gatau deh."

"Yah bisa dong, ya ya ya."

*Setelah gaenak hati*

"In syaa Allah deh."

*Kenyataannya gak dilakuin.*

Siapa yang begini? Ngaku. -_-

***

Temen-temen, saat kita ber "in syaa Allah" berarti kita harus berjuang untuk menjalankan in syaa Allah nya. Ya?

Jangan disepelekan in syaa Allah nya. Kalo Allah udah ngizinin gataunya kita aja yang mager? Hemmm.

***

Semoga diri kita selalu Allah mudahkan untuk menjalankan setiap in syaa Allah yang kita ucapkan. Aamin.

Bersyukur bagi yang sudah mampu menjalankan in syaa Allah nya.

Semoga Allah jauhkan kita dari sifat munafik yang ketika berjanji, ia ingkar.

Astaghfirullah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar