Jumat, 13 Januari 2017

4/10

Empat.

Mirip kamu gak?

Sebuah gambar yang dikirimkan membuat kepala saya melayang jauh. Dulu, waktu masih di SMK, saya pernah juga mendapati sebuah account Twitter yang memiliki postingan bisa dihitung dengan angka, begitu juga dengan followersnya.

Suatu ketika, account tersebut mengirimkan saya sebuah gambar. Awalnya saya tidak menyadari gambar apa itu, setelah kemudian gambar itu disandingkan dengan foto Avatar Twitter saya, taulah saya bahwa itu adalah saya yang digambar ulang.

Sampai sekarang saya tidak tau siapa sosok dibalik account tersebut dan saya juga tidak tau bagaimana kelanjutan account itu. Tapi saya menyimpan foto yang dibuat olehnya~

Lalu kemudian saya mendapatkan gambar ini dan saya kembali bertanya-tanya. Jika hanya keisengan, kenapa harus saya yang digambar dari sekian juta manusia? Terlebih lagi saya yang posisinya jauh dimana dan ia jauh dimana.

Lalu saya sampai pada sebuah kesimpulan bahwa itu bukanlah keisengan. Namun memang ingin. Lalu kenapa ingin menggambar dan tokoh itu dimiripkan dengan saya?

Hemm.

Saya beralih ke kesimpulan lain, bahwa ada rasa yang tersembunyi dibalik itu semua. Entah itu kagum, suka, terinsipirasi atau hal lainnya. Saya juga, mampu menuliskan sesuatu hal yang jauh dari mata dan terjadi dimasa lalu karena kekaguman akan seseorang. Jadi, saya pun menyimpulkan hal yang sama. Bahwa ada rasa yang tersimpan dari sebuah karya.

Pertanyaan yang lain lagi, kenapa harus saya?

Seringkali saya menemukan diri saya pun juga dengan orang lain merasa terlalu berdosa untuk dianggap pantas menerima sesuatu. Barangkali memang kita dilihat baik ketika bersama, namun ketika bersendiri, apa orang orang tau bagaimana sifat kita aslinya?

Hal inilah yang kadang membuat kita malu akan pandangan yang terlalu positif dari orang lain. Belum lagi, ketika banyak kesalahan kesalahan baik itu disengaja ataupun tidak. Kesalahan yang terlihat atau tersembunyi yang ada, membuat kita semakin merasa jauh dari titik sempurna.

Lalu, apa saya pantas dengan semua ini? Dengan pandangan terlalu positif dari orang-orang? Namun apa saya siap jika kemudian menjadi manusia yang tak dipandang orang lain? Bukan dipandang dalam ketinggian, namun dipandang dalam kesetaraan.

Jawabannya barangkali adalah Allah masih mau menutup aib aib kita. Aib yang menggunung tersembunyi dibalik usaha taat. Allah yang dengan kebesaran Nya tidak menjadikan aib itu terlihat atau sekedar berbau. Jika saja Allah marah dan buka semua aib kita, untuk bangun membuka matapun rasanya malu. Bagaimana dengan aib aib yang Allah buka seluruhnya? Lalu bau yang kemudian akan tercium radius ratusan kilometer. Ya Allah...

Allah itu begitu, masih menyimpan rasa cinta dan harapan kepada hamba-Nya agar mau berubah. Dijadikannya kita baik dimata manusia barangkali karena Allah masih mengharapkan kita untuk benar-benar menjadi baik. Allah ingin kita jauh jauh dari kesalahan, dari aib yang Allah sembunyikan.

Sehingga hari ini, ketika masih ada orang yang percaya dengan kelebihan kita, dengan kita yang terlihat menginspirasi, kita yang terlihat baik, selalulah berusaha untuk menjadi sempurna. Sekalipun tak ada yang sempurna, dekalitah kesempurnaan, itu saja.

Barangkali Allah masih ingin kita dinilai baik agar kita menjadi manusia yang mampu mengajak kebaikan kepada orang lain. Ya kan?

Maka bersyukurlah Allah tutup aib kita. Bersyukurlah Allah jauhkan kita dari hal-hal yang malah mendekatkan kita kepada dosa.

Dan, berlakulah sama seperti Allah yang menutupi aib kita. Tutupilah aib saudara kita, barangkali itu adalah hal yang akan menyelamatkan kita dunia akhirat.

Juga, berusahalah menjadi terus sempurna. Karena kita tidak tau, bisa jadi orang lain menjadikan kita sebagai "standar baik" bagi mereka. Sehingga sekali saja kita melakukan dosa, maka yang muncul adalah kekecewaan. "Ah, husna aja begitu. Berarti gapapa lah."

Bersyukurlah Allah masih mau tutup aib kita, dengan cara terus berusaha menjadi baik sesuai aturanNya dan dengan standarNya.

Sama, saya juga masih belajar, saya juga masih terus berusaha menjadi baik. Masih menginginkan terlihat baik dimata manusia dan dimata Sang Pencipta. Itu saja.

Semoga bermanfaat.

#30HariMenulis
#30HariPandaiBersyukur
#ChallengeYourself

Tidak ada komentar:

Posting Komentar