Rabu, 11 Januari 2017

2/30

Dua.

Memasuki hari kedua challenge 30 Hari Menulis dan 30 Hari Pandai Bersyukur, saya ingin menceritakan sebuah buku teman yang berbulan bulan hinggap di kamar dan akhirnya terpenuhi haknya untuk dibaca.

Mencari DNA Pendidikan Karakter. Buku ini menceritakan tentang anak-anak Indonesia yang harus mengikuti orangtuanya hijrah ke negeri kanguru. Bermacam ragam kisah tertuang disana.

Sampai hari ini saya menyakini bahwa pendidikan adalah hal pertama dan utama yang mampu memperbaiki permasalahan. Tanpa pendidikan, maka yang ada adalah kehancuran.

Australia rupanya benar benar baik dalam segi pendidikan. Terutama pendidikan anak usia dini. Budaya literasi yang sangat kental sudah ditanamkan sejak di taman kanak-kanak. Bahkan, setiap daycare yang disediakan di negara tersebut, bukan menjadikan anak menjadi manja atau malas. Justru mereka dilatih mandiri seperti memasak, mencuci bekas makan, toilet training, dll. Tentu saja dengan ukuran sewajarnya dan tetap dalam pengawasan.

Saya rasa, jika memang daycare memiliki kualitas sebaik itu, bukan hal yang mahal untuk membawa anak kita ke daycare tersebut, meskipun lagi lagi ibu adalah madrasah pertama.

Yang kedua, tentang budaya literasi yang ditanamkan sejak dini, ah rasa rasanya saya sangat malu bahwa anak TK ataupun SD terbiasa membaca tujuh sampai delapan buku, sedangkan saya..........
Terlebih lagi kesadaran orangtuanya untuk mendukung pendidikan anak. Selelah lelahnya orangtua, masih selalu ada waktu untuk membacakan anaknya buku. Doesn't it cool?

Australia yang sangat mendukung budaya literasi bahkan menyediakan buku yang bisa dibawa pulang oleh muridnya di setiap kelas. Kunjungan ke perpustakaan pun dijadikan sebuah mata pelajaran. Dan jalan jalan ke perpustakaan Nasional adalah suatu liburan yang menyenangkan. Meminjam 4 sampai 7 buku adalah hal yang wajar. Bahkan memperpanjang peminjaman hanya via online atau telfon.

Seketika saya ingin tinggal dan membesarkan anak saya di Australia #ea #aamiin aja dulu wk.

Tapi saya juga tertegun dengan salah satu kalimat yang ada dibuku tersebut. Sebaik baiknya pendidikan di Australia dan karakter warganya, aspek religius masih kurang diperhatikan. Oleh karenanya, orang tua Indonesia lah yang berperan besar dalam menciptakan karakter Islam pada anak anaknya.

Saya jadi berpikir lagi, should i rise my child there? Hahahaha.

Beruntung saya bisa akhirnya bisa membaca buku tersebut, dan yang memotivasi saya lainnya adalah, keharusan untuk memperkenalkan buku buku kepada anak bahkan sejak dalam kandungan. Lalu saat lahir dan terus terus terus didekatkan dengan buku agar memiliki budaya literasi yang kuat dan memiliki karakter yang baik.

Sulit memang, terlebih lagi kondisi Indonesia yang belum seperti Australia dalam mendukung budaya literasi tersebut. Maka ini saja jadikan PR. Bahwa suatu hari nanti, saya harus membangun sebuah perpustakaan yang boleh dikunjungi siapapun. Perpustakaan yang ramah anak-anak. Perpustakaan yang meningkatkan budaya literasi Indonesia, minimal sekitaran rumah saya.

Doakan ya, semoga Allah izinkan.

Lebih dari semua itu, saya selalu berfikir, bahwa orang dengan karakter baik yang tidak terdaftar dalam agama Islam, apa cukup? Lalu orang yang beragama Islam namun tidak berkarakter baik, apakah sudah aman?

Sulit memang bahwa ternyata negara yang paling islami adalah negara yang sedikit jumlah muslimnya. Dan negara yang penuh konflik adalah negara yang dikenal sebagai negara Islam. Sedih ya.

Makanya, mulai sekarang, mulai detik ini, biasakan diri untuk menjadi Muslim yang sholeh atau sholehah. Kalo orang lain karakternya kurang, gausah diikutin, yang penting kitanya baik sesuai aturan Allah. Toh kalo ada yang berlaku negatif gak menjadikan alasan kita untuk berperilaku negatif juga kan? Gada urusannya perilaku negatif orang lain itu sama kita. Itu urusan mereka sama Allah. Dengan jadi baik juga itu urusan kita sama Allah.

Allah SWT berfirman:

وَاَنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا تُلْقُوْا بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ ۖ    ۛ   وَاَحْسِنُوْا   ۛ   اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
"Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Al-Baqarah: Ayat 195)

Tuh, Allah menyukai orang yang berbuat baik.

Jangan lupa, bersyukur udah jadi islam. Itu nikmat yang paling mahaaaaaaaaal banget. Berdoa pula semoga Allah angkat jiwa kita tetap dalam keadaan tauhid. Aamiin.

Btw, dapet poin bersyukur nya gak? Hahahaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar